MAHASISWA; angkatan lapor.



Saat melihat narasi pendek, June Alif​​ di media sosial (WA), langsung muncul di benak saya bahwa, saya salah satu di antaranya. Narasi yang mencoba menunjuka  bahwa realitas hari ini sungguh sangat menarik dan sangat lucu jika kita mau istirahat sejenak dan merefleksikan hal-hal yang telah kita lakukan. Dalam hal ini tidak perlu mengambil rentang waktu dua atau tiga minggu, cukup hal hal yang dilakukan hari ini saja dan rasakan sendiri sensasi apa yang akan dirasakan atas apa yang di perbuat hari ini. Apakah bangga, ataukah sedih. Tergantung bagaimana anda meresponnya.

Dalam hal ini, dikarekan berstatus sebagai seorang pelajar. Saya merasakan satu rasa yang agak sulit dikatakan secara tegas apakah bangga ataukah sedih yang pasti saya tergelitik dan risau akan berbagai perbuatan yang saya lakukan hari ini. Perbuatan itu adalah memenjarakan diri dalam ruang ruang utopis. Dikatakang ruang utopis dikarenakan, kita di butakan dengan satu imajinasi palsu. Kita seoalh olah merasakan indahnya kehidupan setelah melihat gambar pemndangan alam baik saat terbitnya mentari ataupun saat senja menyelimuti langii soreh yang ada di google.

Selain itu, kita juga merasakan bangga. Seoalh olah telah berjuang membela negara ataupun menyelamatkan warga negara atas berbagai persoalan yang di hadapi. Ketika kita mengomentari informasi yang di sebarkan oleh berbagai media online. Serta berbagai ilusi lainnya yakni sesuai suasana batin masing masing. Dalam hal ini saya akan menarasikan tentang apa yang menjadi kegelisahan atas fenomena yang telah di jelaskan di atas dengan agenda perjuangan atau kontribusi mahasiswa kepasa nusa dan bangsa.

Dewasa ini, perkembangan sains dan teknologi begitu pesat. Hingga berbagai kebutuhan hidup dapat di peroleh dengan mudah. Tanpa mengeluarkan tenaga yang banyak. Telah banyak kebutuhan kebutuhan hidup telah di buat seintans mungkin. Semisal jika ingin jalan dan tidak memiliki kendaraan motor, kita tinggal mengambil HP atau gedjet dan buka aplikasi transportasi online. Masalah terselesaikan. Begitupun keperluan lainnya baik makan dll.

Selain pada aspek tersebut, di ranah pendidikan pun sangat terbantu dengan adanya perkembangan sains dan teknologi. Dahulu, dalam hal mengakses berbagai informasi begitu sulit dan ribet. Pada masa kini, tinggal mengambil gedjet atau HP dan buka web atau situs jurnal atau situs lainnya yang menyediakan bahan bacaan yang kita perlukan. Begitu mudah dan sederhanya. Kita tak perlu menunggu waktu yang lama dan jarak yang jauh untuk memperoleh informasi. Cukup dari rumah kita bahkan dari dalam kamar tidur saja kita sudah dapat mengetahui peristiwa di belahan dunia lainnya. Baik itu di  Eropa, Asia, Amerika, Afrika, Autsralia dll. 
Begitulah dampak dari perkembangan sains dan teknologi. begitu baik dan dapat membantu kita dalamm berbagai hal mulai dari masalah yang sederhana terkait kehidupan pribadi maupun masalah terkait kenegaraan.

jika dilihat dari kemudahan memperoleh informasi tersebut, dan di korelasikan dengan tugas dan peran dari seorang mahasiswa. maka, dalam menyelesaikan berbagaia problematika yang terjadi di masyrakat akan dengan lebih mudah untuk di selesaikan. namun, dengan perkembangan teknologi tersebut, terdapat keendrungan lain yang terjadi dikalangan mahasiswa. bukannya membantu dalam menyelesaikan problematika malahan di manfaatkan untuk keperluan lain. yakni untuk memperoleh eksistensi "SEMU"

mahasiswa sekarang, baik dikalangan organisatori (ekstra maupun intra kampus) maupun di kalangan mahasiswa kupu-kupu, sebagian besar salah memanfaatkan perkembangan sains dan teknologi. mereka malah menjadikan perkembangan teknologi ini sebagai satu instrumen untuk, memperoleh ketenaran. sehingga dari sekian banyak aplikasi dan fitur yang tersedia, namun yang sering di akses adalah instagram, whatsab, twiter dan facebook.

selain itu, dalam penggunaannya tidak dimanfaatkan sebagai media penyebaran informasi, semisal informasi tentang masyrakat yang sedang memperjuangkan hak haknya di kulan progo, di surabaya terkait waduk sepat, di NTT terkait tana di sumba hingga dalam perjuangannya terdapat salah satu masyrakat yang menjadi korban, di pasuruan, malang, papua, sumatra dan wilayah wilayah lainnya.

malah, pemangfaatan media sosial hanya untuk salng unjuk ketenaran. selain itu, ada yang menurut saya juga perlu disoroti atas penyalah gunaan teknologi yakni dimanfaatkan sebagai teman teman curhat. fenoman ini akan terkesan miris jika menjangkiti para aktivis. hal ini dikarenakan, media sosial tersebut hanya dijadikan sebagai tempat untuk menyampaikan pendapatnya saja, setelah itu selesai. tidak ada aktivitas yang benar benar mempraksiskan berbagai gagasan idealnya. sehingga pasca abdate status atau pelaporan tersebut, masalah yang tadinya ditanggapi secara serius dan memang harus demikian. malah bertransformasi menjadi maslah yang biasa biasa saja.

jadi, perlu juga kita mengkritik diri sendiri dan teman teman aktivis yang lain. bukan karena kita benci mereka tetepi untuk menjaga agar kita maupun mereka tidak terjerumus kedalam lubang kesalahan. jika terlanjut terjerumus, bisa dengan cepat kita tarik kembali sebelum benar benar rusak. hal ini dikarenakan sekarang, bukan hanya pemerintah saja yang melakukan pemakluman atas berbagai kesalahan akan tetapi juga para aktivis juga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Urgensi Keterlibatan Masyarakat Adat dalam Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup Prespektif Ekopopulisme.

Mahasiswa Dan Politik Mahasiswa

CERITA hingga SENJA